PPKM Level 4 Diperpanjang IHSG Bakal Tumbang atau Terbang
Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan lima pekan beruntun. Dari pasar obligasi, mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami penguatan. Rupiah juga mampu mencatat kinerja impresif. Sementara di pekan ini, jalan terjal dihadapi oleh aset-aset dalam negeri, banyak ketidakpastian yang menanti.
Melansir data Refinitiv, IHSG mampu mencatat penguatan 0,48% ke 6.101,69. Sebelumnya, IHSG bahkan menyentuh level 6.166,305, yang merupakan level tertinggi sejak 30 Maret lalu. Dalam 5 pekan terakhir, total penguatan IHSG sebesar 1,57%, tidak besar memang, tetapi cukup bagus mengingat mencatat penguatan beruntun.
Dari pasar obligasi, hanya yield SBN tenor 15 dan 25 tahun yang tidak mengalami penurunan. Yang lainnya, mengalami penurunan cukup signifikan.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun harganya naik, begitu juga sebaliknya.
Artinya mayoritas SBN mengalami penguatan, dan obligasi Indonesia masih menarik bagi investor asing. Lelang obligasi juga masih menarik minat investor, terlihat dari penawaran yang masuk mencapai Rp 95,6 trilun, dan yang dimenangkan sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.
Sementara itu rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.490/US$. Tidak hanya dolar AS, melawan mata uang Asia dan Eropa rupiah berjaya.
Rupiah hanya melemah melawan rupee India dan peso Filipina di Asia pekan ini. Mata uang lainnya berhasil ditaklukkan, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dibuat melemah 0,87% ke Rp 12,57/KRW.
Sementara itu dari daratan Eropa, rupiah benar-benar berjaya. Euro, poundsterling Inggris, franc Swiss hingga krona Norwegia semua dibuat melemah.
Berikut pergerakan mata uang dunia melawan rupiah di pekan ini.

Selain sentimen pelaku pasar yang membaik, Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga juga memberikan dampak positif. Dengan suku bunga dipertahankan, maka yield obligasi akan tetap relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju, sehingga daya tarik SBN terjaga. Ketika aliran modal masuk ke dalam negeri, maka rupiah jadi bertenaga.
Pada Kamis (22/7/2021), Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Stabilitas rupiah memberikan kenyamanan bagi investor asing dalam berinvestasi di dalam negeri, termasuk di pasar saham. Sebab, stabilitas rupiah akan meminimalisir risiko kerugian kurs.
Selain itu penguatan aset-aset di dalam negeri juga ditopang harapan di balik keputusan Presiden terkait PPKM Level 4.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> PPKM Level 4 Diperpanjang, The Fed Juga Jadi Perhatian
Belum ada Komentar untuk "PPKM Level 4 Diperpanjang IHSG Bakal Tumbang atau Terbang"
Posting Komentar