Menanti Strategi Pemulihan Sektor Pariwisata di Masa Pandemi

PARIWISATA menjadi salah satu sektor ekonomi paling terdampak pandemi corona sejak mulai merebak Maret 2020 hingga saat ini. Anjloknya jumlah wisatawan membuat produk hasil budaya dan tingkat konsumsi di daerah-daerah wisata pun terjun bebas. Anggaran kementerian dan lembaga, termasuk bidang pariwisata, bahkan turun sekitar 50 persen.

Dalam diskusi daring bertema, “Strategi dan Kebijakan Sektor Pariwisata Menghadapi COVID-19”, yang diselenggarakan Keluarga Besar Airlangga (Kalingga), Inspektur Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Restog K. Kusuma, mengatakan perlu upaya pemulihan pariwisata dengan melakukan sejumlah inovasi dan terobosan, terutama dalam hal pemasaran, mencari pasar baru, serta jaminan keamanan dari ancaman COVID-19.

Baca juga:  Kemenparekraf Ungkap 3 Strategi Industri Akomodasi Wisata di Masa Pandemi

“Sekarang dengan kondisi seperti ini, border juga belum bisa dibuka, dan banyak negara-negara yang juga masih melarang warga negaranya berkunjung ke Indonesia, maka upaya yang bisa dilakukan adalah menggalakkan pasar domestik, tapi tetap saja itu pembatasan-pembatasan dan protokol kesehatan tetap harus dijaga. Makanya ada beberapa langkah yang kami lakukan dalam konteks untuk menjaga confidence wisatawan terkait dengan clean, health, safety, and environment sustainability,” jelasnya.

Pembenahan tujuan wisata, ujar Restog, menjadi penting karena tidak semua daerah wisata siap menghadapi pandemi. Selain Bali, pemerintah sedang menyiapkan lima destinasi super prioritas yang baru, yaitu Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang, sebagai upaya mengangkat sektor pariwisata di tingkat internasional.

“Kita melakukan pembenahan di destinasi, terutama perintah Bapak Presiden adalah dilakukan di lima destinasi super prioritas. Kenapa demikian, kita ingin membentuk Bali baru,” kata Restog K.Kusuma.

Baca juga; Sandiaga Prediksi Terjadi Letupan Wisata Usai PPKM, Bagaimana Antisipasinya?

Staf Khusus Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Anom Astika, mengatakan penguatan kapasitas pelaku dan organisasi budaya untuk menghadapi adaptasi baru perlu segera dilakukan. Salah satunya dengan memberikan narasi terhadap produk budaya berupa cinderamata maupun produk bernilai seni lainnya, agar pembeli mempunyai minat untuk mengunjungi daerah penghasil produk itu.

“Semuanya ini harus dibuatkan narasi yang kuat, sehingga produk-produk kebudayaan Indoneia itu bukan produk yang masif, yang sekali pakai buang, tapi ini dieman-eman (disayangi, dipelihara) sehingga sesuatu yang dieman-eman ini biasanya memancing orang untuk datang ke tempat asal pembuatannya,” jelas Anom.

Sebelumnya

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Menanti Strategi Pemulihan Sektor Pariwisata di Masa Pandemi"

Posting Komentar